Temui Kisah Lawangsewu yang Menjadi Ikon Kota Semarang

Salah satu ikon Kota Semarang, Lawang Sewu adalah tujuan wisata yang populer bagi banyak pelancong dan pemimpin kota. Mengetahui arti dari nama tempat ini, bisa dibayangkan sebuah bangunan dengan seribu pintu. wah banyak banget Di gedung yang unik ini, Anda akan menemukan tempat-tempat indah tidak hanya untuk dikunjungi, tetapi juga untuk berfoto.

Lokasi dan Rute Lawangseu

Bagi yang ingin berkunjung, lokasinya adalah Kota Semarang Kecamatan Semarang Tengah, Sekayu, Tugumda atau Jalan Pemuda. Untuk pergi dengan angkutan umum, naik kereta api ke Semarang Pongkol atau Stasiun Tawan. Kemudian naik bus Trans Semarang dan turun di depan pintu masuk objek wisata ini. Jika Anda memiliki kendaraan pribadi, Anda dapat mengambil jalan tol Cipali-Palimanan dan berbelok ke arah Semarang. Kemudian berkendara ke Simpang Lima. Kemudian lurus sepanjang 2,3 km di Jalan Pandaran hingga menemukan lokasi Lawang Sewu di sebelah kanan bundaran.

Arsitektur Bangunan Lawangsewu

Temui Kisah Lawangsewu yang Menjadi Ikon Kota Semarang

Mengutip situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bangunan Lawang Sewu yang indah secara estetika ini sebenarnya dibangun dengan gaya arsitektur peralihan (1890-1915). Gaya arsitektur ini berkembang di Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan menampilkan gedung-gedung menjulang yang merupakan simbol Romantisisme.

Terlihat dari depan dengan Gedung Rawangseu dengan menara kiri dan kanannya serta bangunan berbentuk kubah segi delapan di atasnya. Pintu gedung ini sebenarnya tidak mencapai ribuan. Namun karena jumlah mereka yang banyak, penduduk setempat akhirnya memanggilnya Rawang Seu. Artinya seribu pintu. Selain desainnya yang unik, Lawang Sewu memiliki dekorasi kaca patri karya Johannes Lourens Schouten, termasuk Stories, Urbanreaders.

Jendela kaca patri menceritakan kemakmuran dan keindahan Jawa, kejayaan Belanda, kota maritim dan kereta api yang menguasai Semarang dan Batavia. fitur masa lalu Sebelumnya, bangunan ini memegang peranan penting dalam masyarakat kolonial Belanda. Lawang Sewu telah menjadi markas administrasi Nederlands-Indische Spoorweg (NIS) sejak Juli 1907. Dari tahun 1942 hingga 1945, Rawangseu diambil alih oleh Angkatan Darat Jepang dan menjabat sebagai Gubernur Jenderal Ryukyu atau Badan Transportasi Jepang.

Beberapa tahun setelah Indonesia merdeka, khususnya pada tahun 1994, gedung tersebut dialihkan menjadi perkeretaapian (Perumka) yang kemudian berubah status menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero). Setelah dinonaktifkan setelah 5 Juli 2011, Gedung Pusaka Purna Fuga A Rawang Seu dibuka dan akhirnya gedung tersebut menjadi objek wisata hingga saat ini.

Harga Tiket (HTM) Lawangseu

Anda akan membutuhkan tiket masuk sebesar Rp untuk mengunjungi Lawangseu. Dewasa 20.000 rupiah, anak-anak 10.000 rupiah, turis asing 30.000 rupiah. Senin – Jumat 08:00 – 17:00 WIB, Akhir Pekan atau Hari Libur 08:00 – 20:00 WIB.